Beritakota.id, Jakarta – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melakukan kerja sama dengan Asosiasi Inventor Indonesia (AII) dalam kegiatan Valuasi dan Komersialisasi Teknologi Hasil Riset Kelapa Sawit, Grand Riset Sawit (GRS) tahun 2021-2023.
‘’Bagi BPDPKS kerjasama dengan AII ini mempercepat hilirisasi hasil riset (terutama berupa teknologi) yang dibiayai oleh BPDPKS untuk secara cepat dan luas dimanfaatkan oleh industri guna mendukung pembangunan industri kelapa sawit nasional yang tangguh di pasar global,’’ kata, Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim dalam konferensi persnya di Jakarta, Selasa, 2 Juli 2024.
Zaid mengatakan, riset-riset yang dihasilkan ada yang diteruskan ke Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan ini upaya kami tiap tahunnya mengadakan pekan riset sawit.
“Dari penelitian ini kita sudah 346 kontrak kerja sama dan 88 lembaga penelitian dan pengembangan seperti kampus-kampus seribuan orang kerja sama di penelitian kami. Kami juga mendorong anak-anak muda untuk melakukan penelitian, lomba riset tingkat mahasiswa, sudah 383 mahasiswa melakukan penelitian sawit,’’ paparnya.
Baca Juga: Inovasi Digital Asian Agri dan Apical untuk Keberlanjutan Industri Sawit
Zaid mengatakan, Indonesia adalah produsen terbesar minyak sawit di dunia dengan menyumbangkan 59 persen dari total produksi global atau sekira 45,5 juta ton per tahun. Ia pun mencontohkan, kalau Anda punya mobil berbahan solar, kalau kita beli solar 6.100 per liter, kalau di pertalite dan pertamax udah di atas 10 ribuan.
‘’Kandungan 35 persen yang ada di bahan bakar solar itu sawit, yaitu bahan bakar nabati dicampur dengan solar. Dampaknya apa, yang seharusnya mengimpor solar banyak karena ada program B35 jadi berkurang. Sebanyak 13 juta kiloliter kita lakukan untuk biodiesel dan penghematan bisa dilakukan,’’ tukasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII) Prof Didiek Hadjar Goenadi mengatakan, Misi AII, yaitu membantu inventor untuk mengatasi kendala/hambatan dalam komersialisasi invensinya, memperkuat kemampuan inventor dalam berinvensi, dan membekali inventor dengan kemampuan memasarkan invensinya.
Baca Juga: Nose Herbal Indo dan BRIN Kembangkan Kosmetik Ramah Lingkungan
‘’Misi ini dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan mulai dari valuasi hingga promosi kepada industri yang potensial dengan core business yang sesuai dengan jenis invensi yang dihasilkan oleh para inventor,’’ tukasnya.
Prof Didiek mengungkap pada 2024 ini pihaknya mendapatkan amanah untuk melakukan valuasi atas 88 hasil riset GRS 2021-2023. Dari hasil proses seleksi awal terhadap 88 invensi oleh Tim Ahli Internal AII diperoleh 41 invensi yang layak setelah dikurangi dengan hasil riset non-teknologi, duplikasi penomoran, dan hasil riset yang sudah divaluasi dalam periode sebelumnya.
Dari total 41 invensi terseleksi tersebut,Tim Ahli Internal AII melakukan proses valuasi lebih lanjut dan menyimpulkan bahwa hanya 24 invensi saja yang layak divaluasi lebih lanjut.
‘’Pendalaman terhadap 24 invensi tersebut telah dilakukan dengan melakukan diskusi bersama 24 Inventor untuk memaparkan hasil risetnya kepada Tim Ahli Internal AII (melalui zoom) dan diperoleh 16 invensi yang lolos dengan kesiapan teknologinya, keekonomian yang cukup tinggi dan siap komersialisasi serta TRL >= 7, dimana 8 invensi lainnya, dinyatakan belum siap komersialisasi,’’ sebutnya.
Selanjutnya: Asosiasi Inventor Indonesia Ungkap 16 Invensi Sektor Sawit Siap Komersialisasi